Telematika Dalam Bidang Pertanian
Sejak lama diakui bahwa peran sektor
pertanian di Indonesia adalah penting, bukan saja sumbangannya terhadap
penyerapan tenaga kerja, tetapi juga sebagai penghasil bahan pangan,
pendorong munculnya industry lain, pendorong munculnya kesempatan
berusaha di kegiatan yang lain, dan penghasil devisa yang relatif
besar. Namun dalam perjalanannya, sektor pertanian dihadapkan pada
sejumlah kendala, antara lain karena semakin
menyempitnya penguasaan lahan, semakin terbatasnya penguasaan modal,
kurangnya pemanfaatan teknologi dan sulitnya pemasaran. Akibatnya,
tampilan (performance) sektor pertanian menjadi kurang seperti yang diharapkan.
Untuk mengejar ketertinggalan ini,
pemerintah berupaya untuk memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) sebagai instrument akselerasi pembangunan pertanian.
Pemanfaatan TIK dalam bidang pertanian sering dinamakan e-Agriculture atau e-Agribusiness.
Dalam Rencana Strategik (RENSTRA) Departemen Pertanian, 2005-2009,
telah dicanangkan kebijakan operasional program TIK, yaitu:
(i). Pengembangan dan Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Statistik Pertanian,
(ii). Peningkatan Pemanfaatan dan Penyebaran Informasi,
(iii). Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dalam Bidang Statistik dan Sistem Informasi, dan
(iv). Pengembangan dan Penataan Kelembagaan Sistem Informasi.
Pengertian e-Agriculture atau e-Agribusiness sendiri diambil dari definisi e (electronic) dalam konsep Information and Communication Technology
(ICT), yaitu kegiatan pertanian dan/atau agribisnis yang memanfaatkan
keunggulan ICT seperti komputer, internet, piranti lunak (softwares) dan piranti keras (hardwares), radio, televisi dan perangkat IT lainnya, serta orang yang mengoperasikan ICT tersebut. Aplikasi e-Agriculture atau e-Agribusiness dapat dilakukan di semua aktivitas pertanian mulai dari
kegiatan di hulu (proses produksi) sampai pada di hilir (pemasaran
hasil). FAO telah memanfaatkan ICT di kegiatan network, publikasi,
database dan pembuatan Web.
- Pemanfaatan ICT dalam Pertanian
Kini ICT juga dicoba untuk mendorong agar
pertanian Indonesia mampu bersaing. Hal ini dapat dimengerti karena
peran ICT sering menonjol, apakah itu di kegiatan teknologi produksi
maupun di kegiatan teknologi informasi. Dengan demikian, lambat atau
cepat, maka pelaku agribisnis di Indonesia harus bisa menguasai
teknologi tersebut.
Komponen ICT ini lazimnya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
- Technoware (fasilitas fisik, misalnya mesin),
- Humanware (kemampuan/ketrampilan tenaga kerja),
- Infoware (informasi/data), dan
- Orgaware (organisasi).
Misalnya untuk tingkat pengembangan suatu
perusahaan hasil olahan dari produk pertanian, bantuan ICT akan sangat
menentukan proses kegiatan perusahaan tersebut. Ke empat komponen di
atas, tentu saling kait mengkait satu sama lain, karena komponen yang
satu akan saling mempengaruhi komponen yang lain.
Pemerintah yang ditugasi membangun sektor
pertanian sebenarnya juga telah mulai mempertimbangkan dan memasukkan
ICT ini dalam program pembangunan lima tahun Departemen Pertanian.
Kini, Departemen Pertanian memperkenalkan program yang dinamakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Primatani). Program
ini pada dasarnya dirancang untuk mempercepat pemanfaatan hasil-hasil
penelitian untuk segera diterapkan di masyarakat pertanian, khususnya
dengan memanfaatkan keunggulan ICT.
Sementara itu, Departemen Pertanian memanfaatkan ICT untuk program :
(i). Pengembangan Statistik Pertanian,
(ii). Pengembangan Sistem Informasi, dan
(iii). Penunjang Pengembangan Sistem Informasi dan Statistik Pertanian.
Pemanfaatan e-Agriculture atau e-Agribusiness di
kalangan swasta dan di pendidikan pertanian dirasa juga belum seperti
yang diharapkan. Berdasarkan hal-hal di atas disarankan agar ada
kepemihakan pemerintah untuk mendorong pemanfaatan e- Agriculture atau e-Agribusiness di semua kegiatan di lingkup pertanian, khususnya di bidang softwares, hardwares dan SDM-nya. Tujuannya adalah untuk mempercepat lajunya pembangunan pertanian di Indonesia.
Peranan Telematika di Bidang Pertanian
Dalam era globalisasi yang semakin menguat, penguasaan terhadap
Teknologi Komunikasi dan Informasi merupakan keharusan yang tak lagi
bisa ditawar. Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Dalam era
globalisasi yang semakin menguat, penguasaan terhadap Teknologi
Komunikasi dan Informasi merupakan keharusan yang tak lagi bisa ditawar.
Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah membuktikan evolusi
teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas hasil upaya keras para
jenius yang pada gilirannya temuan teknologi tersebut diaplikasikan
untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan dan selanjutnya
memperoleh manfaat dari padanya.
Teknologi Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting
dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.
Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
1. Instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan
memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Produk dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu
memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan
bahkan negara dalam bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry
telematika.
3. Teknologi informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa, melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua
institusi dan area seluruh wilayah nusantara.
Kesadaran pentingnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasanya
disebut ICT (Information and Communication Technologi), bukan hanya
monopoli kalangan pengusaha besar saja tetapi juga bertumbuh di kalangan
pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatan masyarakat lain, seperti
Koperasi, Kelompok Tani, dan Masyarakat biasa. ICT diyakini berperan
penting dalam pengembangan bisnis, kelembagaan organisasi, dan juga
mampu mendorong percepatan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.
Teknologi juga memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian.
Teknologi dimafaatkan dalam tiga cabang utama pertanian yaitu
penanaman, peternakan, dan perikanan.Salah satu contoh Teknologi
Informasi Komunikasi yaitu internet. Internet menyajikan dunia secara
tanpa batas. Lewat sarana inilah diharapkan dapat digunakan untuk
mencari segala informasi yang dibutuhkan dan dapat pula digunakan oleh
masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian melalui
korespondensi dengan orang lain atau perusahaan di berbagai penjuru
dunia baik Informasi terkini maupun informasi terlama bisa didapat dan
dikirimkan dengan cepat. Selama ini masalah yang dihadapi oleh
masyarakat desa disebabkan kurangnya informasi yang baru dan tepat.
Informasi dari internet berfungsi sebagai langkah awal untuk
menyelesaikan masalah yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan yang
lain.
Internet memberi informasi kepada para petani dalam pemeliharaan
tanaman dan hewan, pemberian pupuk, irigasi, ramalan cuaca dan harga
pasaran. Manfaat internet menguntungkan para petani dalam hal kegiatan
advokasi dan kooperasi. Internet juga bermanfaat untuk mengkoordinasikan
penanaman agar selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur dan harga
jual normal. Jika para petani memerlukan informasi khusus yang tidak
dapat segera dilayani para petugas penyuluhan pertanian, maka mereka
bisa mendapatkan informasi tersebut dari internet.
Pengenalan internet bisa dimulai dari para pemuka masyarakatnya. Para
pemimpin tersebut perlu diyakinkan akan efektivitas internet dalam
membidik sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan. Dengan demikian
manfaat internet dapat cepat disebarluaskan kepada masyarakat banyak
melalui para pemuka masyarakat tersebut. Struktur masyarakat perdesaan
tersusun dalam kelompok-kelompok, baik itu kelompok usaha, kesenian,
ataupun kelompok social lainnya, yang masing-masing mempunyai
pemimpinnya. Para pemuka masyarakat dapat diberdayakan untuk menunjukkan
manfaat internet bagi setiap kelompoknya. Pemberdayaan tersebut dapat
dilakukan melalui kampanye lokal, pelatihan-pelatihan dan proyek
percontohan.
Dengan lancarnya arus informasi, keterlambatan dan miskomunikasi
mengenai penanaman, pemupukan, penyemprotan, pemanenan, pengeringan, dan
penjualan hampir tidak terjadi lagi. Koperasi dapat mengetahui
kebutuhan mingguan para petani secara akurat dan menjadwalkannya dengan
baik, musim panen dapat dirotasi, harga lebih stabil, sementara koperasi
dapat menjadi pengumpul dan pemasar hasil produksi langsung kepada
konsumen akhir. Peran tengkulak dan pengijon secara bertahap
dieliminasi.Harapannya TIK ini dapat digunakan oleh sebanyak mungkin
petani Indonesia atau bahkan para petani di dunia agar produktivitas
padi mereka meningkat, dan dijadikan sebagai alat pengembangan
pertanian, demikian pula untuk kesejahteraan hidupnya.
Keberadaan konsumen selalu penting bagi produsen, untuk memahami
konsumen dan bagaimana cara terbaik untuk pasar mereka dengan kemajuan
teknologi yang signifikan selama dua dekade, kini pemasar dihadapkan
dengan lebih banyak alternatif dan memahami bagaimana menyusun kebijakan
promosi, namun apa yang diharapkan ternyata lebih sulit. Industri
pertanian (sektor yang penting di seluruh dunia) memiliki pengecualian.
Di Amerika Serikat ada sekitar 2,1 juta peternakan dengan nilai
produksi melebihi $217 miliar dan biaya produksi melebihi $190 miliar.
Pertanian memiliki peran yang lebih menonjol. Meskipun sering disebut
sebagai petani, maka produsen pertanian adalah penjual dan sekaligus
pembeli, dan penting untuk setiap bisnis yaitu tentang target pasar yang
besar untuk memahami bagaimana keputusan pembelian yang dibuat dan apa
yang diharapkan dari adanya komunikasi pemasaran. Pertanian merupakan
salah satu budaya industri tertua dan selalu berhadapan dengan banyak
perubahan.
Perhatian utama bagi produsen pertanian selama sepuluh tahun terakhir
di Amerika Serikat telah mengalami penurunan besar terkait harga
komoditas karena pengaruh global dan adanya Reformasi Undang-Undang
Federal (FAIR), yang pada tahun 1996. FAIR dimaksudkan sebagai kontrol
produksi dengan membatasi jenis dan jumlah produk yang dihasilkan.
Idenya adalah jika produksi pertanian melimpah akan menurunkan harga,
dan pelanggan akan membeli, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan
permintaan. Dalam kenyataannya, produk pertanian seperti makanan
seringkali terjadi penurunan harga, namun tetap tidak merangsang
permintaan. Sementara itu untuk produk pertanian plummeted, biaya
operasional terus meningkat.
Keadaan ini membawa efek kombinasi, bahkan jumlah produsen pertanian
di Amerika Serikat menurun dari 6,8 juta (1935) menjadi 2,1 juta (2004).
Industri pertanian sebagai produsen telah dipaksa untuk menyerap lebih
banyak tagihan yang belum dibayarkan dengan profitabilitas memburuk.
Penurunan profit margin dan meningkatnya jumlah kegagalan ternak dan
menyebabkan pesimisme.
Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu peningkatan manfaat
teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan peralatan, adopsi
teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS), citra
satelit dan bioteknologi. Yang menarik dalam kajian ini adalah
penggunaan internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian.
Peranan internet sebagai sumber informasi praktis yang formal dan
informal. Informasi dapat diakses setiap saat setiap hari. Sejumlah
situs pertanian, seperti DirectAg.com menyediakan prakiraan cuaca, harga
tanaman, jasa keuangan dan industri, serta berita umum lainnya.
Internet juga berfungsi sebagai sumber informasi informal, membawa
produser yang memiliki memiliki minat sama meskipun terpisah secara
geografis. Melalui ruang chatting dan email, produsen pertanian dapat
membicarakan produktivitas kontrol hama atau masalah lainnya dengan para
ahli di lapangan. Internet memungkinkan untuk interaksi sosial di
antara produsen yang relatif terpencil dari satu sama lain.
Sementara internet sebagai sumber informasi umum, situs web yang
lebih bersifat interaktif dan memungkinkan produsen untuk input dan
menyimpan informasi lapangan. Informasi ini dapat dikombinasikan dengan
cuaca dan pasar dalam memanfaatkan data secara canggih untuk menentukan
model seperti kontrol hama atau strategi pupuk. VantagePoint dan
mPower3, adalah dua dari situs web yang dirancang untuk membantu
produsen meningkatkan produktivitas lading
Internet adalah sumber yang berharga untuk membeli perlengkapan.
Misalnya simpanan hingga 30% dapat dicapai oleh pemotongan harga dari
supplier dan distributor untuk produk-produk seperti bibit, pupuk, dan
perlindungan tanaman bahan kimia. Produsen kecil dan independen yang
tidak cukup memenuhi syarat volume ke dealer, secara bersama potongan
harga pada masing-masing dapat digabungkan untuk membeli kebutuhan
dengan produsen lainnya sehingga mendapatkan harga yang lebih baik.
Pertani tradisional dalam menjual produk ke pasar, kadang-kadang
harus menempuh perjalanan hingga ratusan kilometer dalam upaya untuk
mendapatkan harga yang lebih baik. Ini sangat mahal dan memakan waktu.
Sebaliknya, Internet membuka pasar global sampai ke konsumen, bahkan di
daerah terpencil. Produsen memiliki akses harga produk yang lebih baik
dan konsumen mendapat harga terjangkau. Selain itu dapat menjaga sapi,
kambing, ayam, babi dan ternak lainnya dari infeksi hingga ke tempat
pelelangan.
Koneksi internet menyediakan berbagai fungsi dan manfaat kepada
produsen pertanian. Namun, menurut laporan oleh National Agricultural
Statistics Service Amerika Serikat, hanya sekitar setengah dari produsen
pertanian memiliki akses internet. Sementara laporan statistik
penggunaan internet berbeda-beda, dengan beberapa studi melaporkan
penggunaan biaya operasional rendah, dan laporan lain lebih tinggi.
Sekitar 8 persen dari produsen pertanian melakukan transaksi e-commerce
(USDA-NASS Farm Komputer Penggunaan dan Kepemilikan 2003), di sisi lain
para produsen yang membeli atau menjual on-line cenderung lebih besar.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Internet dan tujuan yang
digunakan mungkin berbeda-beda menurut jenis operasionalnya. Misalnya,
peternak akan lebih cenderung untuk membeli produk pertanian yang lebih
bersih daripada kedelai growers. Dari produsen melakukan transaksi
e-commerce, lebih dari 40 persen laporan pada pembelian tanaman, 33
persen membeli ternak dan 25 persen menjual ternak melalui Internet.
Dengan banyak keuntungan penggunaan internet dalam industri pertanian,
sangat mengejutkan bahwa ternyata banyak produsen pertanian tidak
memanfaatkan perangkat ini untuk menjalankan bisnis mereka menjadi lebih
baik. Apa yang mendorong keengganan dari beberapa produsen pertanian
untuk memanfaatkan internet, yaitu :
a. Keterbatasan fisik (infrastruktur dan permodalan) dan non-fisik (SDM)
maupun kurangnya minat teknologi pada umumnya. Petani yang bergantung
pada metode produksi tradisional berserta peralatannya (petani di Jawa
lebih suka membeli sapi dibandingkan membeli traktor). Para produsen
tidak menggunakan Internet untuk alasan bahwa di ladang tidak ada
komputer.
b. Penelitian di Amerika serikat menunjukkan bahwa hampir 60 persen dari
petani menggunakan komputer, hanya 48-50 persen menggunakan Internet,
dan hanya 8 persen membuat transaksi e-commerce.
c. Produsen yang menggunakan komputer namun tidak dapat terhubung ke
internet karena memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk mendapatkan
akses di daerah pedesaan. Saluran telepon di daerah pedesaan yang ”out
of service” atau nirkabel dengan biaya ribuan dolar, sungguh akses yang
tidak mudah di beberapa daerah.
d. Faktor lain mungkin enggan untuk menggunakan Internet karena
keamanan dan privasi. Websites seperti VantagePoint dan mPower3
membolehkan produsen produksi peternakan untuk menyimpan data agregat
peternakan, walaupun tetap rahasia, petani mungkin khawatir bahwa secara
teknis dapat diidentifikasi. Demikian juga, selalu ada kekhawatiran
tentang data keuangan dan nomor kartu kredit yang ditransfer melalui
internet. Terakhir, bahwa sistem distribusi tradisional dalam budaya
industri pertanian sangat berakar pada layanan pribadi dan interaksi
”face to face.”antara produsen dan buyer.
Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu peningkatan manfaat
teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan peralatan, adopsi
teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS), citra
satelit dan bioteknologi. Yang menarik dalam kajian ini adalah
penggunaan internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian.Sejarah
membuktikan evolusi teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas hasil
upaya keras para jenius yang pada gilirannya temuan teknologi tersebut
diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan dan
selanjutnya memperoleh manfaat dari padanya.
Teknologi Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting
dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.
Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
- Instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan
memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
- Produk dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu
memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan
bahkan negara dalam bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry
telematika.
- Teknologi informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa, melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua
institusi dan area seluruh wilayah nusantara.
Kesadaran pentingnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasanya disebut ICT (Information and Communication Technology),
bukan hanya monopoli kalangan pengusaha besar saja tetapi juga
bertumbuh di kalangan pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatan masyarakat
lain, seperti Koperasi, Kelompok Tani, dan Masyarakat biasa. ICT
diyakini berperan penting dalam pengembangan bisnis, kelembagaan
organisasi, dan juga mampu mendorong percepatan kegiatan ekonomi dan
taraf hidup masyarakat.
Teknologi juga memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian.
Teknologi dimafaatkan dalam tiga cabang utama pertanian yaitu
penanaman, peternakan, dan perikanan.Salah satu contoh Teknologi
Informasi Komunikasi yaitu internet. Internet menyajikan dunia secara
tanpa batas. Lewat sarana inilah diharapkan dapat digunakan untuk
mencari segala informasi yang dibutuhkan dan dapat pula digunakan oleh
masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian melalui
korespondensi dengan orang lain atau perusahaan di berbagai penjuru
dunia baik Informasi terkini maupun informasi terlama bisa didapat dan
dikirimkan dengan cepat. Selama ini masalah yang dihadapi oleh
masyarakat desa disebabkan kurangnya informasi yang baru dan tepat.
Informasi dari internet berfungsi sebagai langkah awal untuk
menyelesaikan masalah yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan yang
lain.
Internet memberi informasi kepada para petani dalam pemeliharaan
tanaman dan hewan, pemberian pupuk, irigasi, ramalan cuaca dan harga
pasaran. Manfaat internet menguntungkan para petani dalam hal kegiatan
advokasi dan kooperasi. Internet juga bermanfaat untuk mengkoordinasikan
penanaman agar selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur dan harga
jual normal. Jika para petani memerlukan informasi khusus yang tidak
dapat segera dilayani para petugas penyuluhan pertanian, maka mereka
bisa mendapatkan informasi tersebut dari internet.
Pengenalan internet bisa dimulai dari para pemuka masyarakatnya. Para
pemimpin tersebut perlu diyakinkan akan efektivitas internet dalam
membidik sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan. Dengan demikian
manfaat internet dapat cepat disebarluaskan kepada masyarakat banyak
melalui para pemuka masyarakat tersebut. Struktur masyarakat perdesaan
tersusun dalam kelompok-kelompok, baik itu kelompok usaha, kesenian,
ataupun kelompok social lainnya, yang masing-masing mempunyai
pemimpinnya. Para pemuka masyarakat dapat diberdayakan untuk menunjukkan
manfaat internet bagi setiap kelompoknya. Pemberdayaan tersebut dapat
dilakukan melalui kampanye lokal, pelatihan-pelatihan dan proyek
percontohan.
Dengan lancarnya arus informasi, keterlambatan dan miskomunikasi
mengenai penanaman, pemupukan, penyemprotan, pemanenan, pengeringan, dan
penjualan hampir tidak terjadi lagi. Koperasi dapat mengetahui
kebutuhan mingguan para petani secara akurat dan menjadwalkannya dengan
baik, musim panen dapat dirotasi, harga lebih stabil, sementara koperasi
dapat menjadi pengumpul dan pemasar hasil produksi langsung kepada
konsumen akhir. Peran tengkulak dan pengijon secara bertahap
dieliminasi. Harapannya TIK ini dapat digunakan oleh sebanyak mungkin
petani Indonesia atau bahkan para petani di dunia agar produktivitas
padi mereka meningkat, dan dijadikan sebagai alat pengembangan
pertanian, demikian pula untuk kesejahteraan hidupnya.
Keberadaan konsumen selalu penting bagi produsen, untuk memahami
konsumen dan bagaimana cara terbaik untuk pasar mereka dengan kemajuan
teknologi yang signifikan selama dua dekade, kini pemasar dihadapkan
dengan lebih banyak alternatif dan memahami bagaimana menyusun kebijakan
promosi, namun apa yang diharapkan ternyata lebih sulit. Industri
pertanian (sektor yang penting di seluruh dunia) memiliki pengecualian.
Di Amerika Serikat ada sekitar 2,1 juta peternakan dengan nilai
produksi melebihi $217 miliar dan biaya produksi melebihi $190 miliar.
Pertanian memiliki peran yang lebih menonjol. Meskipun sering disebut
sebagai petani, maka produsen pertanian adalah penjual dan sekaligus
pembeli, dan penting untuk setiap bisnis yaitu tentang target pasar yang
besar untuk memahami bagaimana keputusan pembelian yang dibuat dan apa
yang diharapkan dari adanya komunikasi pemasaran. Pertanian merupakan
salah satu budaya industri tertua dan selalu berhadapan dengan banyak
perubahan.
Perhatian utama bagi produsen pertanian selama sepuluh tahun terakhir
di Amerika Serikat telah mengalami penurunan besar terkait harga
komoditas karena pengaruh global dan adanya Reformasi Undang-Undang
Federal (FAIR), yang pada tahun 1996. FAIR dimaksudkan sebagai kontrol
produksi dengan membatasi jenis dan jumlah produk yang dihasilkan.
Idenya adalah jika produksi pertanian melimpah akan menurunkan harga,
dan pelanggan akan membeli, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan
permintaan. Dalam kenyataannya, produk pertanian seperti makanan
seringkali terjadi penurunan harga, namun tetap tidak merangsang
permintaan. Sementara itu untuk produk pertanian plummeted, biaya
operasional terus meningkat.
Keadaan ini membawa efek kombinasi, bahkan jumlah produsen pertanian
di Amerika Serikat menurun dari 6,8 juta (1935) menjadi 2,1 juta (2004).
Industri pertanian sebagai produsen telah dipaksa untuk menyerap lebih
banyak tagihan yang belum dibayarkan dengan profitabilitas memburuk.
Penurunan profit margin dan meningkatnya jumlah kegagalan ternak dan
menyebabkan pesimisme.
Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu peningkatan manfaat
teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan peralatan, adopsi
teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS), citra
satelit dan bioteknologi. Yang menarik dalam kajian ini adalah
penggunaan internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian.
Peranan internet sebagai sumber informasi praktis yang formal dan
informal. Informasi dapat diakses setiap saat setiap hari. Sejumlah
situs pertanian, seperti DirectAg.com menyediakan prakiraan cuaca, harga
tanaman, jasa keuangan dan industri, serta berita umum lainnya.
Internet juga berfungsi sebagai sumber informasi informal, membawa
produser yang memiliki memiliki minat sama meskipun terpisah secara
geografis. Melalui ruang chatting dan email, produsen pertanian dapat
membicarakan produktivitas kontrol hama atau masalah lainnya dengan para
ahli di lapangan. Internet memungkinkan untuk interaksi sosial di
antara produsen yang relatif terpencil dari satu sama lain.
Sementara internet sebagai sumber informasi umum, situs web yang
lebih bersifat interaktif dan memungkinkan produsen untuk input dan
menyimpan informasi lapangan. Informasi ini dapat dikombinasikan dengan
cuaca dan pasar dalam memanfaatkan data secara canggih untuk menentukan
model seperti kontrol hama atau strategi pupuk. VantagePoint dan
mPower3, adalah dua dari situs web yang dirancang untuk membantu
produsen meningkatkan produktivitas lading
Internet adalah sumber yang berharga untuk membeli perlengkapan.
Misalnya simpanan hingga 30% dapat dicapai oleh pemotongan harga dari
supplier dan distributor untuk produk-produk seperti bibit, pupuk, dan
perlindungan tanaman bahan kimia. Produsen kecil dan independen yang
tidak cukup memenuhi syarat volume ke dealer, secara bersama potongan
harga pada masing-masing dapat digabungkan untuk membeli kebutuhan
dengan produsen lainnya sehingga mendapatkan harga yang lebih baik.
Pertani tradisional dalam menjual produk ke pasar, kadang-kadang
harus menempuh perjalanan hingga ratusan kilometer dalam upaya untuk
mendapatkan harga yang lebih baik. Ini sangat mahal dan memakan waktu.
Sebaliknya, Internet membuka pasar global sampai ke konsumen, bahkan di
daerah terpencil. Produsen memiliki akses harga produk yang lebih baik
dan konsumen mendapat harga terjangkau. Selain itu dapat menjaga sapi,
kambing, ayam, babi dan ternak lainnya dari infeksi hingga ke tempat
pelelangan.
Koneksi internet menyediakan berbagai fungsi dan manfaat kepada
produsen pertanian. Namun, menurut laporan oleh National Agricultural
Statistics Service Amerika Serikat, hanya sekitar setengah dari produsen
pertanian memiliki akses internet. Sementara laporan statistik
penggunaan internet berbeda-beda, dengan beberapa studi melaporkan
penggunaan biaya operasional rendah, dan laporan lain lebih tinggi.
Sekitar 8 persen dari produsen pertanian melakukan transaksi e-commerce
(USDA-NASS Farm Komputer Penggunaan dan Kepemilikan 2003), di sisi lain
para produsen yang membeli atau menjual on-line cenderung lebih besar.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Internet dan tujuan yang
digunakan mungkin berbeda-beda menurut jenis operasionalnya. Misalnya,
peternak akan lebih cenderung untuk membeli produk pertanian yang lebih
bersih daripada kedelai growers. Dari produsen melakukan transaksi
e-commerce, lebih dari 40 persen laporan pada pembelian tanaman, 33
persen membeli ternak dan 25 persen menjual ternak melalui Internet.
Dengan banyak keuntungan penggunaan internet dalam industri pertanian,
sangat mengejutkan bahwa ternyata banyak produsen pertanian tidak
memanfaatkan perangkat ini untuk menjalankan bisnis mereka menjadi lebih
baik. Apa yang mendorong keengganan dari beberapa produsen pertanian
untuk memanfaatkan internet, yaitu :
- Keterbatasan fisik (infrastruktur dan permodalan) dan non-fisik
(SDM) maupun kurangnya minat teknologi pada umumnya. Petani yang
bergantung pada metode produksi tradisional berserta peralatannya
(petani di Jawa lebih suka membeli sapi dibandingkan membeli traktor).
Para produsen tidak menggunakan Internet untuk alasan bahwa di ladang
tidak ada komputer.
- Penelitian di Amerika serikat menunjukkan bahwa hampir 60 persen
dari petani menggunakan komputer, hanya 48-50 persen menggunakan
Internet, dan hanya 8 persen membuat transaksi e-commerce.
- Produsen yang menggunakan komputer namun tidak dapat terhubung ke
internet karena memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk mendapatkan
akses di daerah pedesaan. Saluran telepon di daerah pedesaan yang ”out
of service” atau nirkabel dengan biaya ribuan dolar, sungguh akses yang
tidak mudah di beberapa daerah.
- Faktor lain mungkin enggan untuk menggunakan Internet karena
keamanan dan privasi. Websites seperti VantagePoint dan mPower3
membolehkan produsen produksi peternakan untuk menyimpan data agregat
peternakan, walaupun tetap rahasia, petani mungkin khawatir bahwa secara
teknis dapat diidentifikasi. Demikian juga, selalu ada kekhawatiran
tentang data keuangan dan nomor kartu kredit yang ditransfer melalui
internet. Terakhir, bahwa sistem distribusi tradisional dalam budaya
industri pertanian sangat berakar pada layanan pribadi dan interaksi
”face to face.”antara produsen dan buyer.
Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu peningkatan manfaat
teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan peralatan, adopsi
teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS), citra
satelit dan bioteknologi. Yang menarik dalam kajian ini adalah
penggunaan internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian.
Sumber : http://billy-anjaka.blogspot.co.id/2015/02/contoh-peranan-telematika-di-bidang.html